Princes Bekel From East Java
Namaku
Reza aku lahir dan tinggal di daerah pusat Ibukota Jakarta. Aku anak kedua dari
2 bersaudara di keluarga yang sederhana, kehidupanku begitu santai tapi serius.
Tak perlu terlalu formal dalam keluarga asal mengerti etika dalam situasi dan
waktu yang tepat. Menjadi anak kedua bukanlah perkara yang mudah, karena
terkadang langkah demi langkah kita ada acuannya. Yaaaah… kakak kita yang jauh
lebih tua dan tentu berhasil daripada kita. Langkah kita seakan terarah pada
hal yang baik yang patut dicontoh menjadi lebih baik dari kakak kita. Tak
terkecuali diriku. Aku mulai masuk TK – SD – SMP selalu disekolah yang sama
dengan kakak ku. Bukan karena aku tak punya pilihan tapi mungkin agar orang tua
kami mudah dalam mengurus kami nanti. Tapi kebiasaan itu membuat aku lengah
membuat aku terpaku pada hal yang sama hingga pada kelulusan SMP kakak ku ia
mendapatkan nilai yang bisa dibilang akan sulit masuk ke negeri. Ya setelah
berusaha akhirnya kakak ku masuk swasta dengan mengambil jurusan akuntansi,
daripada masuk ke negeri dengan jurusan di bawahnya pada zaman itu. Hal itu
berbeda dengan ketika aku lulus SMP nilai ku mampu bersaing disekolah negeri
tapi tentu dengan sekolah standar yang seperti apa. Aku masih buta akan
kejuruan dan keterampilan hingga akhirnya aku memilih jurusan akuntansi juga
pada sekolah yang ingin aku gapai. Namun, ternyata aku tersingkir terpaksa aku
masuk di sekolah kedua dengan jurusan Administrasi, karena jurusan akuntansi
pada saat itu sangatlah popular yang dianggap menjadi jurusan favorit di
kejuruan. Aku yakin bisa masuk di akuntansi dipilihan ketiga tapi aku tak ingin
sekolah itu dan berjaga pada pilihan kedua dengan opsi jurusan yang menengah
dengan sekolah yang sebenarnya aku tak ingin juga.
July,
tahun 2012 kala itu tahun ajaran baru sekolah dimulai. Pada awalnya aku tak
menyukai sekolahku ini, karena sekolah ini bukanlah sekolah yang aku inginkan
dan juga bukan jurusan yang aku mau. Tetapi, hanya karena berlabel negeri
akhirnya aku jalani semuanya walau sebenarnya pada saat pengumuman disekolah
pertama yang aku inginkan tak lolos aku sudah membeli formulir swasta yang tak
berjarak jauh dari rumahku. karena ku pikir untuk apa sekolah jauh jika bukan
yang aku inginkan. pasti semuamya terasa beban dan hambar Sekolah ini besar
bahkan bisa dibilang lebih besar daripada sekolah imipian pertamaku. tapi entah
kenapa rasanya berbeda seperti ada paksaan yang harus dimulai dari sini. Hari
pertama masuk sekolah terasa biasa saja, sampai menjelang akhir masa orientasi siswa
yang seperti terkesan monoton bagiku, rasanya ingin selalu cepat pulang. hal
ini berbeda ketika aku merasakan di masa SMP dulu karena aku lebih menyukai
prosesnya bahkan ingin terkesan lebih lama. Aku menjadi sosok yang pendiam dan
tak banyak bicara kala itu, lebih memahami situasi di sekolah ini, mulai dari
tempat, orang, dan juga lingkungan disekitar sini. sempat timbul sekolah ini
terlalu formal bagiku, seperti tak ada hal menarik yang bisa dijadikan cerita
disini.
Seharusnya
aku tak sulit beradaptasi disekolah ini, karena banyak kakak kelas dan juga
teman seangkatan yang berasal dari sekolah yang sama denganku, bahkan disetiap
jurusan dengan jumlah yang tak sedikit. bahkan dikelas ku ada sekitar 10 orang
dari SMP ku dahulu. semua teman smp ku pasti mengenalku, karena masa SMP ku
begitu banyak cerita dan juga familiar. aku tetap menjadi orang yang pendiam
tapi tetap banyak yang menghargaiku karena mengenal sosok ku di masa SMP dulu
tetapi menjadi kisruh dengan anak-anak lain yang tak mengenalku. Banyak sekali
permasalahan yang ku alami disini, mulai dari hal yang sepele hingga hal yang
complicated. tapi, tak pernah ku hadapi dengan serius, karena bagiku ini bukan
jamannya lagi di masa itu, masa menjadi paling berani disekolah. hal itu sudah
jauh ku lalui di masa SMP dan cukup mengecewakan orang tua dan guruku.
Hari
demi hari terasa begitu membosankan, aku duduk dengan teman SMP ku walaupun di
masa SMP kami tak pernah sekelas tapi saling mengenal. aku masih memandangi
wajah demi wajah teman sekelasku dan juga suasana di kelas ini. sampai akhirnya
aku melihat seorang gadis dengan rambut berkuncir, berponi kuda dengan kedua
helaian rambut di dekat telinganya. pipi yang begitu tembem bagai bapao dan
mata sedikit siur menyipit seperti china dengan kulit berwarna putih. aku
seperti melihat Yuki kato versiku yang langsung menanam rasa dalam hatiku,
bahwa aku menyukainya.
Aku
tak langsung mendekatinya, aku masih membaca situasi lingkungan disini. karena
aku takut ketika aku tidak welcome dengan dunia maka hal itu akan menjadi
sebaliknya. tak bisa dibohongi aku selalu memandanginya dari pojok jendela
tempat dudukku aku selalu bertatap tegar
ketika ia sang sekretaris kelas ku menulis di papan tulis. aku mencari tau
tentangnya, dia adalah Risa gadis asal Jawa Timur dengan ketangguhannya.
Lulusan terbaik disekolahnya. awalnya aku berpikir mungkin karena sekolah dia
di desa ia menjadi terbaik disana. Betapa kagetnya diriku ketika mendengar
kabar ia peringkat pertama di tahap penerimaan siswa baru di sekolah ku ini
dengan NEM 39. terperangah diriku membayangkan bagaimana pintar dirinya melihat
diriku saja yang selalu peringkat pertama hanya mendapat NEM 34 saat itu.
Saat
itu diriku minder dengan keelokan dirinya yang sangat gemulai ketika bergaul,
disayangi guru bahkan menjadi primadona di kelas. duduk tepat di belakang agus
sang ketua kelas di kelas ku saat itu. aku tak begitu menyukai agus dari kota
pesisir Jakarta ini karena menurutku sekalipun ia pintar tapi sosoknya seperti
naif dikalangan anak tongkrongan. Hal itu tak menghalangiku untuk tetap
memandangi Risa setiap hari.
Hari
terus berjalan dan tak ada tanda bahwa aku bisa mendekatkan si Risa,
keputusasaanku seperti mendalam. tapi di jam istirahat ada seorang pria
menghampiriku dan mengajak ku untuk mendaftar eskul futsal bareng disekolah.
Dia adalah Fadil teman sebangku si agus di bangku paling depan kelas. aku tak
pernah bilang bahwa akan mendaftar futsal tapi ia mendengar kabar dari teman
kelas ku yang lain jika aku pandai bermain futsal. sewaktu SMP setiap tahun aku
memang ikut adil dalam setiap perlombaan mewakili sekolah. tapi tidak dengan di
sekolah saat ini.
Hari
itu kami berdua mendaftar futsal dan tanpa disangka semenjak itu saya begitu
akrab dengan Fadil, kami sering saling berkunjung rumah sekalipun jauh dan
berangkat eskul bareng. ditambah hobby kita yang sama saat itu dengan anime
naruto. Dan pada suatu hari Fadil bertanya padaku "Bro, lu suka sama Risa ya?" kala itu aku tersentak
karena tak pernah berkata kepada siapapun. Dan ternyata Fadil ini sering
melihatku sedang memperhatikan Risa.
Mulai
saat itu aku mulai terbuka dengan Fadil, dan yang akhirnya fadil memberiku clue. bahwa si Risa sering meminjam hp
Fadil yang kala itu merupakan hp yang canggih di jamannya. Ya type Nokia C3
dengan Game yang seru di dalamnya. Dia tidak menawariku nomor, karena di jaman
itu sosmed yang populer adalah Facebook. untuk contact aku sudah berteman
dengan Risa di Fb. memang tidak pernah saling menyapa hanya sekedar berbincang
dengan teman lain di group kelas. Fadil hanya berkata bahwa si Risa sering
bertelponan dengan seseorang yang sepertinya begitu dekat dan saling
mengenal Entah aku mulai curiga, wanita
secantik dia pasti sudah ada yang memiliki.
Pada
suatu hari ketika aku sedang bersama Fadil tiba tiba risa datang dan ingin
meminjam hp sentak aku terkejut saat fadil berkata bahwa hp dia sedang di
pinjam denganku saat itulah untuk
pertama kali risa menyapa ku secara langsung. aku tak mengerti, trik itu yang
selalu digunakan fadil agar aku bisa berbicara dengan risa. sampai aku berani
bertanya kenapa ia selalu meminjam hp fadil. ternyata jika sekolah ia tak boleh
membawa hp.
Tak
terasa waktu terus berjalan dan masuk tahap UTS. setelah UTS kami menerima
hasil rapot bayangan nilai. betapa terkejutnya ketika aku melihat nilai bahasa
mandarin ku di bawah rata-rata dengan nilai 60. sontak aku bertanya dimana
salahku. aku mulai memutuskan untuk menemui wali kelasku, dan ia bilang tanya
saja dengan Risa dia yang menulis semua rapot dikelas. Dan aku bertanya padanya
dan ia membantuku sampai menemui guru mandarin tersebut. saat itu bukan kabar
baik yang ku dapat. malah cacian dari guruku, ia bilang nilai tugasku kosong
padahal selalu mengumpulkan. ternyata kesalahanku ada pada aturan yang ia buat,
ia tidak mengizinkan buku lain untuk menulis huruf hanze china selain buku
bergaris tiga. jadi selama ini nilai tugas ku tak pernah di nilai. saat itu aku
mulai merasa bersalah pada Risa karena telah menuduh salah menulisnya.
Ketika
itu aku mulai dekat dengannya, aku menjadi berani untuk menyapa dan bertanya PR
dengannya melalui SMS. aku suka dengan sikapnya yang ramah ketika membantuku
dalam persoalan nilai. kami jadi semakin
akrab dan serimg bercanda disekolah tak jarang juga kami mengobrol di jam
kosong dan perpus untuk saling mengenal lebih jauh. Dan pada suatu malam aku
memberanikan diri untuk mengajaknya makan bareng dikantin. dan ternyata ia mau.
aku terkejut dan langsung semangat sekolah di esok harinya.
Saat
itu hari senin dimulai dengan upacara dan jam pelajaran sampai jam ketiga,
waktu istirahat begitu lama. aku tak melihat gelagat dia bahwa ia akan makan
denganku dan pada akhirnya jam istirahat
berbunyi, aku masih memperhatikan dia dari jauh aku takut bukan dia yang
membalas sms ku di malam hari. aku membiarkan semua temanku turun ke bawah
lebih awal, sampai aku melihat dia membalikan badan untuk memasukan buku ke tas
dan menoleh ke hadapanku sambil berkata "
jadi gak? " sontak aku langsung menghampirinya dan mengajaknya turun
ke bawah.
Suasana
kelas saat itu biasa saja karena tak ada rasa curiga dengan kita berdua. aku
juga merasa risa ini orang yang baik dan mungkin orang memandang kita sebagai
teman yang baik. sampai dikantin, suasana begitu ramai kami tidak mendapatkan
tempat sampai akhirnya temanku memanggil dari kejauhan " bro, sini masih kosong? " aku biasa makan nasi goreng
di kantin paling pojok ketika aku
mengajak risa ia menolak. ku pikir ia tak suka nongkrong bersama temanku jadi
ku lambaikan saja tanganku ke teman-teman.
Lama
kita berdiri di sana, sampai akhirnya ada seorang bibi memanggil " risaa, sini mau makan ya neng? "
ia langsung duduk dan memesan seperti biasa. ternyata ia sudah kenal dekat
dengan bibi kang sotonya. selagi makan kami banyak bicara dan ia sempat bilang
bahwa ia tak suka nasi goreng makanya tak mau makan disana. hal itu membuatku
salah paham lagi padanya untuk kedua kalinya. ketika sudah selesai makan aku
menghampiri bibi dan membayar 10.000 untuk dua porsi pada zaman itu. si risa
menolak dan aku memaksa untuk membayarnya. kami sempat bersih tegang sedikit
karena hal pembayaran sampai akhirnya bibi bilang " udah gapapa neng dibayarin cwonya sekali-kali gapapa "
risa hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih padaku.
Aku
mulai bertanya pada diriku dan semakin berani untuk mendekatkan risa lebih jauh.
kami menjadi sering lebih sms-an bahkan telponan hingga larut malam. ternyata
risa seorang yang humoris dan banyak candaan untuk dijadikan bahan obrolan.
jaman itu belum ada bbm bahkan video call. andai sudah ada mungkin mimpiku
semakin indah jika setiap malam melihat senyuman lesung manisnya seperti yuki
kato.
Aku
mulai merasa hubungan kami semakin dekat, aku juga tidak perduli jika ia sudah
punya pacar atau belum. yang ku tahu aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku
padanya. malam itu kami telponan cukup panjang sampai akhirnya aku mematikan
telpon tiba-tiba dan merangkai kata untuk mengucapkan perasaanku, sms ku sudah
terkirim tetapi lama sekali untuk di balas. sampai aku mencoba miss called
untuk memastikan bahwa ia tak tertidur atau marah. tapi tak kunjung dibalas,
aku mulai cemas dan ingin mengirim pesan maaf padanya. tapi, aku kaget ketika
ingin mengirim masuk sms dari si Risa dengan menjawab singkat " Iya, aku mau " saat itu aku
hanya membalas Good night sampai bertemu besok disekolah.
Hatiku
berdebar-debar kala itu pergi kesekolah, sampai disana risa belum datang sampai
waktu bel masuk berbunyi. aku khawatir, guru mata pelajaran K3LH di jam pertama
pun sudah masuk kelas. aku semakin khawatir. tiba tiba suara ketuk pintu berbunyi
ternyata risa telat dan ia datang dengan rambut kuncir berponi kuda seperti
yang aku suka disaat pertama kali bertemu. risa memang sering menggerai
rambutnya, tapi, entah kenapa aku semakin menyukai ketika di kuncir poni kuda
saat itu. rasanya jauh lebih cantik dari biasanya.
Hubungan
ku dengan risa berjalan layaknya orang pacaran pada umumnya, tapi tidak ada
satupun orang dikelas yang tau tentang hubungan kita kecuali mawar teman
sebangku risa dan fadil temanku itu. bahkan teman sebangku aku tidak tau tentang
hubungan kita. kita memang sepakat untuk tidak mempublikasikan agar kita tetap
menjadi diri sendiri ketika disekolah. Hal itu menjadi suatu yang wajar bagiku,
sampai aku masih bingung ia masih suka telponan menggunakan hp fadil aku
curiga, tapi tak pernah ku tanyakan. aku percaya, senyuman dia kala itu benar
senyuman yang tulus padaku.
Sampai
akhirnya keraguan ini aku pastikan padanya ketika pulang sekolah, aku selalu
pulang ke arah yg sama tapi dengan tujuan angkot yang berbeda ketika
disimpangan. saat itu aku bertanya " ris
apa kamu benar suka aku, ? sayang ma aku? " awalnya ia kaget dan
bertanya balik padaku kenapa menanyakan hal itu. aku luruskan maksud ku agar
tak salah paham, ia mau membuktikan untuk meyakiniku. akhirnya aku bilang
" boleh aku menciummu ris?
" ia awalnya tersiku malu dan menolak karena hal ini dosa. dan pada
akhirnya dia berkata " ia boleh,
tapi cuman pipi gaboleh bibir kalau bibir aku marah dan putus " saat
itu aku mencium pipi nya dan hal itu ku lakukan setiap hari ketika pulang
sekolah.
Tak
akan ada hubungan yang terus berjalan mulus begitu juga dengan hubunganku, pada suatu moment ketika liburan sekolah aku
tak dikabari oleh risa hampir 3 hari sampai aku bertanya pada mawar dan ia tak
mengetahuinya. Dan pada malam hari, ia mengabariku dan minta maaf dan akan
menceritakannya usai masuk sekolah nanti. aku tak mengerti, dan aku tetap sulit
untuk menghubunginya. Ketika liburan sekolah telah usai aku dan risa tetap
disekolah sampai sore melihat anak lain eskul sambil bercerita, disini risa
cerita tentang dirinya yang sontak membuat aku kaget dan heran. sosoknya yang
periang ternyata menyimpan beban dan luka di hatinya selama ini.
Ia
bercerita orang yang selalu ia telpon adalah ayah dan adik laki-lakinya
dikampung. Ia merantau ke Jakarta bukan semata-mata untuk pendidikan tapi untuk
mencari ibunya yang terakhir kali merantau bersama tante nya. disini ia tinggal
dengan tantenya dan terus mencari keberadaan ibunya. jujur aku masih tak
percaya dengan semuanya. tapi aku mencoba meyakini bahwa semuanya akan
baik-baik saja.
Hari
itu hari kamis tepat setelah jam istirahat kedua ba'da zuhur. aku terkejut
ketika masuk kelas semua mata tertuju padaku dan tak sedikit yang nyeletuk
minta traktir makan. aku memandang risa ia hanya diam dan meletakan tangan di
dahinya. aku tak menghampiri karena takut hubungan ini terbongkar. dan ternyata
saat itu Bunga yang duduk didepanku bilang " lu pacaran sama risa ya? " hal itu membuatku heran darimana
mereka tau, mataku langsung tertuju ke mawar dan ia diam saja. ternyata bunga
bilang bahwa hp risa dipinjam sama si devi dan melihat banyak sms dariku. saat
itu aku tak bisa mengelak dan mengakui semuanya, dan guyonan traktir itu ku
abaikan karena ku bilang kita jadian sudah lama
aku tak marah, tapi risa merasa bersalah, aku tak akan marah jika risa
tak merasa terganggung. akhirnya hubungan kita dipublikasikan dikelas.
Masalah
demi masalah terus ada, sampai desas-desus mengenai risa yang tak masuk diakal
saat itu, aku mengenal risa dengan baik. rajin shalat dan sopan. jadi aku tak
mempercayainya sempat risa ingin keluar
sekolah dikala sudah masuk semester genap karena polemik keluarga. ternyata hal
yang ia ceritakan padaku bukan aku orang pertama yang tau, tentu wali kelasku.
Akhirnya, risa diangkat oleh salah satu guruku disekolah menjadi anak angkat
karena permasalahan keluarga di tempat tinggalnya. aku lega karena ia akhirnya
tetap melanjutkan sekolah tapi itu bukan jaminan untuk semua masalah yang ada.
Semenjak
risa tinggal dengan guruku, hidupnya semakin detail apalagi soal waktu guruku tidak memiliki seorang anak karena tak
menikah dan memiliki 2 anak angkat termasuk risa. satunya bernama ka dinda yang sedang kuliah saat itu. Guruku baik pada
risa dan ka dinda juga sebaliknya telah menganggap risa seperti adiknya. hanya
saja waktu kita berkomunikasi semakin kurang
tak jarang aku menanyakan kabar risa melalui ka dinda di malam hari.
tapi semua itu tak mengurangi perasaanku bahwa setiap hari aku masih mencium
pipi risa setiap pulang sekolah.
Aku
semakin dekat dengan ka dinda dan kita sering sharing terutama tentang risa. ka
dinda bangga padaku bahwa bisa tulus dengan risa dan berpesan tak menyakitinya.
ternyata risa juga sering cerita pada ka dinda tentang aku. sampai akhirnya ka
dinda memberiku satu rahasia yang besar dan aku harus siap menerimanya. aku tak
tau betul itu apa, yang jelas risa mempunya riwayat penyakit dalam dadanya yang
membuat ia tak berani berciuman bibir salah satunya. aku tak percaya, karena
aku pernah minum bekas dia dan dia juga meminumnya sisa dariku.
Aku
tak mempermasalahkan sampai akhirnya suatu ketika pulang sekolah aku mencium
pipinya satu kali yang sebelah kanan dan dia terdiam dan membuka matanya, saat
itu aku mencium bibirnya sekejap. ia terperangah dan marah padaku saat itu, tak
sengaja airmata nya keluar membahasahi pipinya yang seperti bola bekel. aku
semakin takut dan khawatir. aku tak tau betul benar atau tidak tapi apa yang ia
ceritakan benar seperti yang ka dinda ceritakan.
Aku
terkejut saat itu dan ingin tau betul apa yang terjadi, saat itu yang ada
dibenakku hanyalah rasa khawatir takut risa kenapa-napa. Tak pernah terbesit
belenggu dipikiran itu hal yang berbahaya atau menular. Ia hanya berkata sejak
kecil dadanya sering merasakan sakit. Saat itu ia berpesan padaku hal ini hanya
aku dan ka dinda yang mengetahui. Aku tak bicara jika ka dinda sudah
memberitahuku terlebih dahulu.
Semua
mulai kembali normal, jujur hubunganku dengannya hanya seputaran disekolah
selebihnya kami hanya bertukar kabar melalu hp. Sampai akhirnya risa mengajaku
untuk malam minggu tapi harus ijin dengan dalih kerja kelompok dan tak akan
pulang larut malam dengan ibu angkatnya yang tak lain adalah juga guruku
disekolah. Guruku ini tentu tak mengetahui hubungan kita, karena ia mengajar di
jurusan yang berbeda dengan kita disekolah. Aku sempat berjanji di pagi hari
dengan setengah keberanian, sampai disore hari, aku mengabari risa tak bisa
menjemputnya karena masalah kendaraan yang digunakan ayahku, aku berbohong saat
itu, karena aku tak berani mengatakan yang sebenarnya bahwa aku takut meminta
ijin pada ibunya. Aku sangat menyesal karena hanya bisa menemaninya melalu
telepon hingga larut malam.
Tak
lama masalah timbul lagi dengan si Risa, kala ini bukan di keluarga yang dulu
tapi di rumah ibu angkatnya. Banyak beredar risa anak yang malas selama disana,
hal ini berbeda ketika risa bercerita ia sering membantu membereskan rumah.
Cerita ini beredar dari guru hingga ke murid. Aku tak mempercayainya, tetapi
belakangan risa menjadi pendiam bukan orang yang periang lagi. Saat itu aku
bingung bagaimana melindungi risa terutama dari teman sekelas yang mulai
menjauh. Kala itu aku mengirim draft pesan kebanyak temanku, aku memohon untuk
tidak mengganggunya bahwa sebenarnya risa sedang sakit. Aku berbohong padanya,
dan tentu mengkhianati janjinya. Tapi caraku salah hal ini menjadi topic baru
permasalahan tentang risa. Sampai akhirnya risa mendengar dan kecewa padaku. Ia
memaafkan ku tapi sikapnya sedikit berubah.
Risa
menjadi sosok yang pendiam semenjak itu rasanya seperti ia menjaga jarak
denganku. Tapi ia tetap tersenyum padaku, aku tak membayangkan betapa
terlukanya hati dia. Hal ini berimbas pada komunikasi kita yang sering flat dan
bahkan sering kita hanya bertukar kabar sampai magrib saja. Sisanya dengan
dalih lelah ingin tidur kita tak saling mengabarkan. Hubungan ini semakin
canggung yang membuat aku terpaksa curhat dengan teman sebangku dia yaitu
mawar. Bahkan mawar tidak mengetahui hubungan ku berjarak dengan risa
belakangan ini. Aneh ketika wanita tidak bercerita tentang hal ini, aku curiga
aku merasa bukan prioritas dalam hidupnya.
Awalnya
mawar mengerti maksud dan tujuanku, dan mampu membantuku menjelaskan pada risa.
Mawar banyak membantuku dalam hal ini, sampai akhirnya aku juga ikut akrab
dengan mawar. Aku sempat mengucapkan terima kasih denganya. Dan ia berdalih
menggodaku untuk imbalan tidak terima kasih saja. Aku Tanya apa yang ia mau,
ternyata ia ingin di traktir makan sebagai imbalan sekaligus PJ dari hubungan
ku dengan risa. (PJ : Pajak jadian)
Aku
mengabulkannya tapi tidak sekarang dan juga disekolah. Dan kami sepakat untuk
makan diluar sambil jalan-jalan. Aku tak berpikir yang aneh saat itu hanya aku
menghindarkan dari risa agar tak salah paham lagi. Akhirnya kami pergi ke
ragunan dan makan disana. Hari itu berjalan dengan normal dan tak ada yang
aneh. Tapi disaat menunggu bus pulang aku terkejut ketika mawar bertanya ” lu udah ngapain aja ma risa? “ sentak
aku tertawa saat itu walau sebenarnya aku kaget dengan pertanyaannya. Tapi ia
meluruskan selama pacaran kita gimana aja, ya aku bercerita banyak tentang apa
yang aku lalui dengan risa dan untuk bersentuhan aku hanya berkata menggenggam
tangan risa dan merangkulnya saja seketika.
Jujur
aku tak menyangka mawar bertanya seperti itu, padahal ia gadis berhijab. Memang
ia terlihat jauh lebih dewasa karena ia lebih tua bulan daripada kami.
Akhirnya, utangku pada mawar sudah lunas. Tapi tak cukup sampai disitu, mawar
terus mengirimkanku draft sms lawakan dan sering caper sms denganku, aku diam
saja saat itu hanya membalas jika perlu. Tapi permasalahan risa terus ada
sampai aku akhirnya merasa bingung harus melakukan apa. Sms mawar jauh lebih
banyak daripada risa semakin hari. Yang membuat aku akhirnya menjadikan mawar
sebagai pelampiasanku dirasa bosan dan kesepian.
Aku
menjadi lebih akrab dengan mawar kita sms an hampir setiap saat. Tapi ketika
disekolah aku tetap dengan Risa semua berjalan seperti biasa makan bareng di
kantin, ngobrol diperpus dan jalan bareng ketika ingin ke musolah pas zuhur.
Risa type orang yang suka ketentraman, ketika aku perhatikan risa lebih banyak
menghabiskan waktu di perpus, ruang kajur dan musolah. Kebetulan musolah
sekolah kami ada di lantai bawah di ujung dekat lab computer sedangkan kelas
aku dan risa ada di lantai atas dan diujung depan perpustakaan.
Aku bingung melihat risa yang tak
biasanya, seperti ia menjaga lebih privasinya kini aku merasa bersalah dan aku
lebih menghargai bagaimanapun sikapnya padaku. Sampai suatu ketika ia
menungguku sampai waktunya aku futsal di jum’at sore, ia hanya diam dan tak
banyak bicara bahkan saat aku mencoba menciumnya. Aku bertanya kenapa dia hanya
menjawab ngantuk dan ingin pulang. Aku menghargainya ketika itu ia berpamitan
pulang denganku.
Mawar
menjadi satu-satunya tempatku bercerita tentang risa akhir-akhir itu, tapi kali
ini ia tidak memberi solusi membantuku, justru ia menyudutkan sikap risa yang
telah egois dan bersikap seperti itu, Ia tak menyaranku untuk putus, tetapi ia
memberiku saran bahwa aku bisa juga seperti dia. Terdengar egois bukan. Hari
demi hari akhirnya aku mulai lelah menyikapi sikap risa yang semakin tertutup,
ka dinda pun tak mau cerita saat itu karena sibuk dengan perkuliahannya. Aku
juga sudah terlanjur berjanji tidak menyakiti risa padanya. Akhirnya, tanpa
disadari aku bersikap seperti risa terlihat care seperlunya saja, hubungan kita
semakin tak jelas seperti tak ada ikatan.
Sore
itu aku naik angkot dengan ketiga temanku ke arah yang sama, aku meminjam hp Adi
temanku dan aku kaget melihat banyak sms mawar di hp temanku, aku mulai
bertanya pada temanku dan ternyata mawar mantan pacar Joko teman smp ku dan adi
dahulu. Adi dan joko dulu satu kelas di SMP berbeda denganku. Aku kaget dunia
begitu sempit, dan pada akhirnya ada satu pesan yang menarik ku baca ia banyak
bertanya soalku pada adi. Adi tak begitu menjawab banyak karena ia baru kali
ini sekelas denganku. Aku mulai curiga dan berpikir mawar pasti menyukaiku.
Aku
pandai bermain futsal, tapi tidak dengan basket. Mawar eskul basket dan ia mau
mengajariku karena ketika praktek aku selalu remedial bahkan pada tehnik dasar
yang sederhana aku tak bisa. Saat itu aku dan adi bertemu janji dengan mawar
untuk latihan bareng basket di taman, tapi terlebih dulu nyamper mawar karena
tamannya melewati rumahnya. Kala itu, pertama kalinya aku mengenal rumahnya
yang sebenarnya rumahnya tak jauh dari SMP ku dahulu. Rumahnya begitu adem dan
sepi bahkan dirumahnya hanya ada dia dan adiknya seorang yang masih umur 3
tahunan saat itu. Lantas aku bertanya kemana orangtuanya, ternyata kedua orang
tua adalah pekerja keras dan sibuk hingga malam hari baru pulang bekerja, sang
adik kecil pun selalu ia titipkan dengan bibinya ketika sekolah atau sedang
beberes rumah.
Rasanya
percuma aku belajar banyak tentang basket faktanya aku tetap tidak bisa dan
terpaksa mendapatkan nilai pas-pas an pada materi basket. Aku cukup
berterimakasih pada mawar yang telah banyak membantuku. Pada saat itu aku
sempat kesal melihat risa dengan akrab tertawa canda dengan agus ketua kelasku.
Aku akui saat itu aku cemburu membara bahkan aku sempat menegur risa. Aku akui
aku kelewatan dan tak berkaca pada diriku.
Masuk
ke dalam penyesalanku yang tak akan pernah aku lupakan. Sore itu aku kerja
kelompok dengan Adi, andi, mawar, sarah di rumah mawar yang kebetulan memang
selalu sepi. Saat itu aku pulang belakangan karena harus menemani mawar
mengeprint tugas kelompok kami. Ketika ingin pulang, mawar mengajaku cerita
dirumahnya hingga akhirnya cerita ke arah luar jalur. Banyak hal yang terlalu
privasi yang kita bicarakan hingga akhirnya aku bercerita tak pernah mencium
bibir risa. Betapa kagetnya ketika ia bilang ia akan mengasih jika ia yang
sedang bersamaku. Saat itu aku menegaskan bahwa aku punya risa, tapi ia tidak
perduli ia akan menunggu, dan ternyata benar dugaanku selama ini ia benar menyukaiku.
Seketika aku langsung pamit dan lama tak berkabar dengan mawar,
Kembali
ke risa, ia sudah kembali menjadi wanita yang ceria dan periang. Apalagi ketika
dengan si agus aku melihat risa yang dahulu tertawa lepas dikelas. Aku tak
perduli dengan agus, yang aku tau risa kembali seperti dulu. Tiba-tiba hp ku
bergetar aku lihat sms mawar ia meminta maaf padaku dan ingin kembali seperti
dulu tidak ada lagi jarak canggung seperti ini. Akhirnya aku memaafkannya.
Tiba
saatnya ketika mawar memanaskan aku tentang keceriaan risa dengan agus.
Seketika aku juga berpikir bahwa si risa sengaja seperti itu untuk membuatku
cemburu denganya. Aku menjadi risih dan mencoba membuat risa merasakan hal yang
sama denganku. Aku mencoba lebih akrab dengan mawar bahkan sampai seperti orang
pacaran. Aku terlewat, ketika aku dan mawar sepakat untuk backstreet dan
menghianati risa.
Aku
merasa tak tega dengan risa, tapi jujur apa yang aku mau dituruti dengan mawar,
ternyata mawar orang yang berpengalaman, gaya pacaran kita seperti dunia
fantacy orang dewasa. Mawar jujur ini hal ini pernah ia lakukan bersama
mantannya dahulu. Sedangkan aku baru pertama kalinya dengan gaya layaknya orang
dewasa. Aku delima, merasa menyesal tapi
juga menikmati. Aku tak pernah bosan mengingatkan Mawar untuk selalu menghapus
sms ku setiap hari begitu juga dengan aku.
Tidak
ada bangkai yang akan aman disimpan lama, pagi itu kelas kembali heboh dan
tatapan tertuju padaku, aku perhatikan risa ia tertawa terbahak-bahak bersama
devi sedangkan Mawar menyendiri dengan tidak duduk dengan risa lagi. Aku
bingung, kembali bunga wanita yang duduk didepan ku berkata “emang bener za, lu
duain risa sama si Mawar, parah banget sih lu kalo gitu” sontak ku menolak
mengakui tiba-tiba devi menyaut dari kejauahan dan berkata ”mana adasih maling yang mau ngaku, sok ganteng banget sih!” saat
itu aku emosi dan menggertak devi, tapi ternyata aku kalah dia telah membaca
semua pesanku dengan Mawar termasuk bahasan fantacy gaya pacaran kami.
Mulai
saat itu risa menjauh dariku, ia tak menyapaku bahkan tidak memutuskanku. Aku
sepakat mengakhiri hubungan dengan Mawar. Dan focus pada permasalahan dengan si
risa. Sampai akhirnya aku meminta maaf pada risa dan bertanya kenapa tidak
memutuskanku? Ia hanya menjawab, aku nunggu kamu aja yang mutusin aku. Makna
tersirat sebenarnya, karena setelah kejadian itu ia sama sekali tidak perduli
denganku, tidak mengabariku, bahkan ketika pulang aku sudah tidak mencium
pipinya. Kita hanya papasan dan bilang balik duluan yaa.
Sampai
akhirnya tiba, ketika pulang sekolah aku melihat risa tertawa bersama agus
ketika bel berbunyi, aku tak menegurnya aku hanya terdiam dan mengakui segala
kesalahanku. Aku melewati risa ketika ingin sampai pintu depan kelas risa
memanggilku. ”za, bisa ngomong sebentar
gak? “ aku kaget, dan akhirnya menghampiri risa yang saat itu pula agus
langsung pergi dari kami. Suasana kelas masih cukup ramai karena hanya beberapa
orang saja yang baru keluar kelas. Baru aku berdiri depan risa “ praaaaakkk…! Suara tamparan keras di pipiku,
risa menamparku dengan keras sambil menangis dan berkata kita putus za. “
saat itu aku hanya merasakan satu hal sakit. Sangat sakit ditampar begitu keras
dengan risa dan melihatnya ia menangis karena ku. Suasana kelas mendadak hening
dan diam aku mencoba menarik tangan risa dan ia mengelak dan berlari sambil
menangis keluar kelas. Saat itu aku hancur, aku bingung harus bagaimana taka da
lagi yang bisa aku lakukan. Telur telah pecah dan tak akan kembali utuh, aku
sempat membayangkan bagaimana aku mulai tertarik di hari pertama bertemu hingga
saat ini. Apa yang aku rasakan tidak ada artinya dibandingkan risa yang telah
menahan beban begitu sabar denganku. Semua hancur karena kebodohanku.
Mulai
saat itu aku kembali asing dengan dunia sekolah, aku hanya mencoba menyibukan
diri dengan aktivitas yang ada disekolah. Dengan lebih aktif di eskul dan
mencoba ikut berpatisipasi dalam kegiatan rohis. Semuanya efektif aku bisa
menerima kenyataan bahwa aku telah berpisah dengan risa. Saat eskul futsal kami
streeching seperti biasa sebelum
materi game play di mulai. Sambil pemanasan aku suka sambil ngobrol dengan
fadil, aku kaget ketika tau risa ternyata baru saja jadian dengan agus. Aku
tidak marah dengan risa, tapi aku kesal dan ingin menonjok agus rasanya karena
telah memanfaatkan situasi dalam kesempitan.
Hubungan
risa dengan agus tak seperti saat bersamaku, sekalipun kelas tau rasanya
seperti monoton. Bayangkan saja ketika anak kutu buku mencoba bermain cinta.
Lucu bukan….tapi justru itulah yang diinginkan dengan risa ia suka dengan
ketentraman. Akhirnya kenaikan kelas sudah tiba, aku mendapatkan rangking 3
besar, faktanya risa memberiku ucapan selamat saat itu. Aneh, tak ada nama risa
di 3 besar. Kenaikan kelas dimulai dengan kelas baru, ada pengocokan murid saat
itu, aku tetap sekelas dengan Mawar dan risa. Tapi aku berpisah dengan agus
termasuk devi dan juga fadil.
Aku
duduk seperti biasa di pojok dekat jendela di tengah, aku duduk dengan anak
kelas lain yang sebenarnya aku telah mengenal di kegiatan rohis. Namanya Bima
ia teman SMP Mawar saat itu. Aku bercerita banyak hal tentang itu, dan akhirnya
dia memberiku nasehat tentang sikap asli Mawar saat itu. Ternyata Mawar memang
banyak tidak disukai temannya ketika SMP bahkan hingga SMK. Bima kaget ketika
aku mau bersamanya saat itu. Akhirnya aku benar-benar menjauh dengan Mawar
semenjak itu.
Tak
ada angin tak ada hujan risa datang langsung duduk didepanku, aku heran dan ia
mengajaku untuk melupakan yang telah berlalu dan kembali berteman. Aku bangga
ketika ia menjadi dewasa dengan sikap dan pikirannya, baru sempat aku bangga
dengan kebersamaan dan satu kali dan untuk pertama kali aku sekelompok dengan
risa karena duduk kami berdekatan, risa tidak masuk sekolah dengan waktu yang
cukup lama, hampir 3 minggu. Desas-desus kabar tak enak kembali terdengar dari
rumah ibu angkatnya, terdengar ia minggat dari sana. Aku tak mau percaya
sebelum mendengar dari risa, ketika itu sekitar jam 8 kami sudah masuk jam mata
pelajar kedua yakni bahasa inggris, ketika sedang focus pada pembelajaran
listening terdengar suara ketukan pintu…ternyata risa yang hadir dan hanya
ingin minta ijin dan ia kembali ke ruang kajur.
Aku
tak mengerti saat itu, tapi yang pasti firasatku mulai tidak enak. Sampai
akhirnya aku melihat risa sedang berdiri di lantai atas dekat tangga sambil
melihat ketaman kolom ikan dibawahnya. Aku menghampirinya dan menegurnya, ia
tersenyum dan bilang gak ada apa-apa za, tenang aja. Belum aku lega, ia mulai
cerita sepertinya ia tak akan lama lagi disekolah ini, ia harus keluar dan ia
hanya menunggu sampai uts agar kepindahaannya disekolah yang baru menjadi
mudah. Bagaimana dengan agus? Aku terkejut, ketika tau ia sudah lama putus.
Ternyata agus sama sepertiku katanya tidak bisa melihat yang bening dikit. Agus
benar adanya ia pacaran dengan adik kelas bernama windy gadis mungil dengan
ukuran dada yang besar hehe.. sebenarnya Nampak dari luar punya risa juga besar
tapi masih lebih besar punya windy hehe
Akhirnya
waktu uts telah tiba, dan tak terasa uts berakhir dan benar risa sudah tak
terlihat lagi disekolah, bahkan namanya sudah tidak disebut di dalam absen.
Nomornya sudah tidak bisa dihubungi, terdengar kabar ia kembali ke kampong
halamannya karena tak kunjung menemui kabar keberadaan ibunya di Jakarta. Hilang
sudah keberadaan wanita tangguh dari desa yang pernah ku kenal dalam
pembelajaran hidupku, ketika aku naik kelas 3 aku mendengar kabar dari devi
bahwa sebenarnya risa selama ini tidak pulang kampong, ia tetep di Jakarta, dan
ia tidak melanjutkan sekolahnya tetapi ia bekerja. Aku sangat berharap bertemu
dengannya. Tapi tak pernah ketemu.
Ketika
tahun 2017 aku sudah mulai bekerja, ketika itu aku sedang asyik bermain
instagram tiba-tiba ada notif yang mengikutiku ternyata itu si risa. Aku stalk
profilnya itu benar risa, dan aku kaget melihat salah satu foto dengan caption
“ belahan jiwa “ dengan menggunakan
baju pengantin. Tak lain tak bukan ia akan segera menikah, aku mengurungkan
niat untuk direct massage padanya sambil menunggu kabar bahagia yang ia
sampaikan terlebih dulu.
Aku
turut mengucapkan selamat padanya agar tetap berbahagia, Nampak senyuman yang
ku dambakan terpapang jelas di wajahnya dalam setiap foto perayaan
pernikahannya. Aku masih saling berteman di instagram saat ini dengan risa dan
melihat ia telah memiliki seorang anak laki-laki yang hebat sekarang ini. Aku
hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih pada risa, tanpanya aku belum tentu
mampu menikmati sekolah ini dan tentu dengan banyak cerita. Ketangguhanmu
menjadikan aku malu sebagai seorang pria. Doa’ku akan terus ada padamu semoga
engkau selalu berbahagia bersamanya.
0 komentar